21 Agu 2011

My Frist Kiss, Haha.. - part 1


Rumah yang besar namun suram. Tak ada kicauan kegembiraan. Ketegangan yang ada makin menguak. Awal tahun yang menyedihkan. Sebenarnya, sudah terbiasa mengalami tahun-tahun seperti awal tahun ini. Hanya sebagai harapan semuanya kembali sedia kala. Tak ada yang mau mengerti apa yang telah direnungkan.
***
Sebuah halaman sekolah yang luas begitu rapi dengan tatanan tanaman disana-sini. Seorang cewek dengan rambut pendek sekuping menundukkan kepalanya sambil berjalan menuju lorong sekolah.
‘bruk!’ Seseorang menabrak cewek itu.
“Aduh!”
“Maaf ya!”
“Oh, enggak apa-apa!” Cewek itu memasang ekspresi kaget.
“Anak baru, ya? Tempat orientasinya di Hall D sana” ternyata yang menabrak cewek itu panitia MOS.
***
Lorong demi lorong ditelusurinya dengan langkah gontai. Kebosanan yang melanda saat orientasi membuat rasa kantuk yang luar biasa hebatnya dikantung mata cewek itu. Akhirnya, cewek itu tertidur selama masa orientasi yang kebetulan kepala sekolah memberi pengarahan untuk selama pelajaran berlangsung nanti.
‘Aku muak melihatmu! Jangan dekati aku!’
 ‘…itu fitnah…’
 “Hei! Bangun! Kok bisa tertidur?” suara cowok telah menghentikan mimpi buruknya.
 “Ah?! Syukurlah! Oh, sudah selesai ya, Kak?” Cewek berambut pendek itu bangun dengan wajah tegang sekaligus sedih. Dan ternyata yang dilihatnya adalah cowok yang menabraknya tadi pagi.
“Barusan selesai. Siswa yang lainnya sudah ke kelasnya masing-masing. Kamu di kelas mana?” tanya cowok itu bingung.
 “Aku enggak tahu di kelas mana” Cewek imut itu juga bingung.
 “Ya sudah. Namamu siapa? Nanti kubantu cari kelasmu ya!” niat kakak kelas itu benar-benar tulus.
“Namaku Zassy Harumi. Panggil aja Haru” dengan senyum, cewek itu memberi tahu namanya.
“Ok, Haru! Ikut aku!” Kakak kelas itu benar-benar membantu Haru. Dia mengikuti kekak kelas itu untuk menuju ke kelas barunya. Kakak kelas itu bertanya ke guru panitia. Dan akhirnya dia sampai ke kelas barunya.
“Ini kelasmu. Aku Raufu. Salam kenal ya!” Kakak kelas itu menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Haru. Dan Haru pun menyambutnya dengan senang hati. Dia memasuki kelas barunya. Teman-teman barunya menyambutnya hangat. Untuk sesaat, hati Haru bersemi bahagia.
***
Haru sampai di rumah dihari pertamanya sekolah SMA. Dia menuju kamarnya yang melewati ruang tamu. Dia mendapati ibunya dengan rekan bisnisnnya sedang berbincang serius. Rekan bisnisnya menyapa Haru. Sedangkan ibunya, melirik pun tidak apalagi menyapanya. Sungguh sedih rasanya hati Haru.
‘Oh, Tuhan! Kenapa ibuku begitu? Aku ingin ibuku sekarang! Ibu yang telah merawatku hingga aku dewasa namun, kasih sayang yang tulus tetap tak terpancarkan untukku. Aku ingin kejadian 9 tahun yang lalu telah ia lupakan. Dan aku ingin sekali mendekap pada ibuku. Hiks…” Haru menangis tatkala ia tak disapa ibunya siang itu. Ya! Itu yang selalu Haru rasakan. Rasa pedih dan sedih selalu menemani Haru kemana pun ia pergi. Ayahnya yang tinggal di luar negeri, jarang sekali menghubungi Haru meski ayah Haru nyatanya sayang Haru.
 
***
Siang itu, Haru hendak menyegarkan hatinya dengan berjalan-jalan ke taman. Ia berpapasan dengan ibunya di ruang makan.
“Siang, Haha!” Haru menyapa ibunya dengan senyum yang sangat manis. Namun, ibunya hanya diam seakan tak menyadari keberadaan Haru di ruang itu. Haru diam saja. Dengan wajah yang makin ditekuk, dia berlari menuju pintu rumah. Dia berjalan pelan menuju taman kota seorang diri. Bersenandung kecil nada kesedihan. Kelas 1 SMA yang akan ia lewati dengan kesenduan tak berujung. Sungguh kepedihan yang tak dapat ia tepiskan.
Ia menduduki ayunan taman sambil menatap pasir dibawah kakinya. Entah apa yang ia pikirkan, yang jelas pikirannya selalu dipenuhi dengan ibunya. Kejadian 9 tahun yang takkan pernah ia lupakan.
‘Kenapa kamu membohongi ibu?’ nada marah tersirat dari bibir manis.
‘Aku enggak…’
‘Dia yang melakukannya, Bi! Aku melihatnya!’ Seorang anak laki-laki menunjuk jarinya ke arah meja kerja ibu saudaranya.
‘Jangan lagi dekati Ibu! Ibu sudah tak percaya lagi denganmu! Mengacaukan segala pekerjaan Ibu! Bohong pada Ibu! Ibu benci kamu!’ sudah tak terbendung lagi air mata emosi seorang ibu terhadap anaknya.
‘Kasihan sekali kamu, perempuan malang! Biar kau rasakan juga seperti yang ibuku lakukan padaku!’ kata-kata anak laki-laki itu membuat hati perempuan kecil itu menyimpan kebencian yang takkan pernah terbayarkan.
“Hei!” suara nge-bass cukup mengagetkan Haru yang sedang melamun, mengenang masa lalunya.
“Eh, iya?” Haru langsung menoleh ke arah suara yang ternyata pemilik suara itu sudah duduk diayunan sebelah Haru.
“Kamu adik kelasku, kan?”

<--> Continue to part 2 ..

0 comments:

prev next